-

Jumat, 04 April 2014

Romansa Dan Kompetisi


Kemarin ini, saya membaca kasus-kasus yang umum melanda perusahaan-perusahaan Fortune 100 dan juga kelumit kisah brand yang dituntut. Kebanyakan kasus adalah berupa tuntutan hukum. Akan tetapi yang menarik perhatian dibandingkan tuntutan-tuntutan legal adalah banyaknya jumlah black campaign atau isu mengenai brand atau perusahaan tersebut. Mari saya berikan sebuah contoh dari dalam negeri.
Sekitar pertengahan tahun 2009, Anda pasti familiar dengan kata-kata: "TARIF TELEPON 0.01 Rp/detik". Ya di tahun tersebut sebuah perusahaan telco tiba-tiba melakukan strategi harga yang luar biasa dan dengan berani melakukan iklan. Dan tanpa diduga-duga seminggu kemudian hampir semua perusahaan telco yang lain lalu melakukan campaign yang sama dan terjadilah perang tarif, atau lebih tepatnya perang Iklan. Billboard yg saling menyerang terpasang dimana-mana. Hari ini ada GSM yg mengeluarkan iklan Rp. 0.01 , dua hari kemudian GSM lain mengeluarkan iklan Rp. 0.001, dan seterusnya.

Perang tarif ini berlangsung berbulan-bulan, dari iklan di layar kaca, media cetak, radio sampai online media. Semua perusahaan tersebut berusaha untuk mencari perhatian dan menarik konsumen untuk menggunakan produk mereka. Pada awalnya konsumen terlihat bingung karena sulit memutuskan untuk memakai kartu perdana yang mana, akan tetapi ketika perang tarif terus berlanjut pada akhirnya konsumen menetapkan pilihan bukan pada tarif yg ditawarkan. Hasil survey menunjukkan bahwa justru pemain GSM baru yang tidak melakukan perang tarif dan mengambil pendekatan marketing yang berbeda yang malah menunjukkan grafik penambahan pelanggan yang lebih signifikan. Jadi perang iklan yang berlangsung lama dan menghabiskan bermilyar-milyar iklan tersebut malah tidak mendapatkan apapun yg mereka inginkan.
Ada sebuah analisa sampingan bahwa sebenarnya beberapa perusahaan tersebut tidak mampu memberikan tarif tersebut, tetapi daripada pelanggannya diambil mereka rela untuk melakukan apapun yang penting tetap bisa menarik perhatian konsumen.

Nah diatas tadi adalah sebuah kisah kecil mengenai kompetisi untuk mendapatkan pelanggan, sekarang tinggal ganti saja konteks konsumen dengan target romansa Anda. Gebetan Anda.
Sobat, kebanyakan orang melakukan segala macam cara untuk mendapatkan perhatian gebetannya, apalagi ketika merasa tersaingi. Apabila saingannya memberikan kado, maka mereka memberikan kado lebih mahal. Simplenya: Ngarep.

Bayangkan target Anda adalah pelari  yang berada di urutan nomor dua dan sedang mengejar si pelari nomor satu, sementara Anda berada di urutan ke tiga. Tujuan fokus dan gol Anda tentu saja untuk menjadi yang pertama dan membuat target Anda, si pelari nomor dua, bisa melihat dan mengejar Anda.

Anda akan melakukan segara cara untuk dapat membuat lawan Anda kalah atau menjadi lebih lambat dalam bergerak. Anda mungkin akan berteriak memanggil nama si nomor dua berharap agar dia menengok dan terkejut. Anda mungkin akan berbuat sedikit curang dengan meneriaki si nomor satu, atau mungkin Anda akan melemparkan botol minuman atau apapun yang dapat membuat lawan Anda bingung dan terjatuh
Sayangnya seperti yang sudah sering kami katakan lewat artikel atau di sesi meetup, ketika Anda ngarep maka apapun usaha yang Anda kerjakan tidak akan mampu membuat Anda menang.

Pelari nomor dua tidak akan memusingkan dan memikirkan pelari nomor tiga, karena dia sibuk memikirkan bagaimana caranya mengalahkan pelari nomor satu. Ketika Anda berada di posisi ke tiga dan ngarep setengah mati mengejar gebetan Anda di posisi ke dua, sayangnya gebetan Anda sama sekali tidak akan memikirkan Anda karena dia sedang sibuk memikirkan bagaimana cara mengejar pria yang disukainya. Pria yang berada di posisi nomor satu.

Apabila Anda menganggap bahwa pria nomor satu adalah saingan Anda, maka Anda salah besar. Karena si pelari nomor satu tidak akan pernah perduli pada apapun yang dikerjakan si pelari nomor dua atau tiga atau berapapun. Kenapa? Karena dia adalah si nomor satu dan dia tidak akan ambil pusing apapun yang dikerjakan oleh pelari nomor dua. Dia tahu dia adalah pelari nomor satu dan yang lain tidak punya cukup kemampuan untuk dapat mengalahkan dia.

Sobat, sama seperti halnya dalam dunia bisnis, dalam romansa, dan dalam berbagai dinamika sosial lainnya orang yang ngarep secara langsung sudah menunjukkan posisinya sebagai pengikut atau pelari nomor dua dan tiga. Dan Anda tidak akan pernah dapat menjadi nomor satu atau mendapatkan target Anda, apabila Anda terus melakukan apa yang selama ini Anda lakukan. Anda harus mengambil mental pemenang, bukannya pencundang yang mencari dukungan atau simpati orang lain untuk dapat menyalip si nomor satu atau mendapatkan dia.

Perbaiki dulu kualitas diri Anda, pastikan paragdima, konsep berpikir Anda sudah kuat, pastikan kemampuan Anda memang sebanding dengan apa yang Anda katakan, berhentilah menggunakan cara-cara licik, berhentilah ikut-ikutan cara PDKT orang lain ataupun cara-cara PDKT yang selama ini tidak membawa Anda kemana-mana. Berhentilah sejenak, dan pikirkan apa sih yang bisa Anda tingkatkan lagi? Apa sih yang bisa Anda pelajari lagi untuk menjadi Pria dengan kualitas nomor satu?


Pelari nomor satu,

Jet Veetlev

0 komentar:

Posting Komentar